"Seni budaya tak akan pernah lekang oleh waktu, bahkan melalui seni mampu mempersatukan nusantara", kata Edi Budianto, SE saat usai pentas di Kejaksaan Negeri Kab. Kediri.
"Dengan seni generasi muda kita juga semakin jauh dari yang namanya kenakalan remaja, seperti memakai narkoba, mabuk-mabukan, dan lain-lain", jelasnya (22/7).
Edi, biasa beliau disapa, selain sehari-hari menjabat sebagai kepala desa, ia juga sebagai pelopor terbentuknya paguyuban "Pujonggo Anom". Paguyuban tersebut berdiri sejak tahun 2017 silam.
"Saat ini paguyuban kami mengelola seni jaranan yang dikolaborasikan dengan ganongan dan reog. Dengan kolaborasi tersebut, kita dapat menyatukan seni tradisional dari daerah mana saja,” lanjut Edi.
Setiap pentas paguyuban ini membawa personil sebanyak 50 orang, ada yang membawakan jaranan, menabuh gamelan, pemeran ganongan dan reog.
"Dalam dunia seni kami tidak pernah memandang berapa akan dibayar, karena seni adalah jiwa kami dan kami sangat senang jika ada yang mengundang", ungkapnya.
Edi mengungkapkan tujuan utamanya adalah menguri-nguri seni budaya tradisional agar tetap lestari sampai kapan pun. Hingga nanti anak cucu kita bisa ikut menikmati indahnya seni tersebut.
Ditemui usai Upacara Hari Bakti Adhyaksa ke-59, Kajari Subroto menjelaskan, kesenian jaranan memang merakyat. Apalagi dipadukan dengan reog, menambah unik bila dibawakan.
“Sengaja saya menampilkan seni tradiosional dalam puncak peringatan HBA 2019 ini agar masyarakat sekitar juga ikut menyaksikannya. Dengan begitu masyarakat sekitar tahu Kejasaan Negeri Kabupaten Kediri itu ada,” kata Kajari.
Penampilan jaranan mampu mengundang decak kaguk para tamu undangan upacara. Bahkan Kajari Subroto, SH, MH sempat naik di atas kepala reog. (Kominfo/lks,daw,fz,tj,wk)