Suasana di Desa Jambu Jumat pagi (4/12) tampak berbeda. Beberapa warga tampak sibuk menggali tanah guna menanam bibit pohon Alpukat, sedangkan beberapa lainnya dengan sigap menyiram air ketika bibit tersebut telah selesai tertanam.
Tidak jarang diantara mereka saling bersenda gurau sembari bekerja. Guyonan ringan dan tawa lepas melengkapi pagi yang cerah yang penuh kehangatan ini. Keakraban dan kekeluargaan khas pedesaan sangat terasa di hati begitu menentramkan.
Warga Desa Jambu sedang melakukan gotong royong menanam bibit buah di lahan pekarangan. Agenda ini adalah bagian dari program pemberdayaan desa yang dikembangkan oleh perangkat Desa Jambu bersama warga. Program ini dijadikan pondasi bagi kerangka besar visi Desa Jambu nantinya menjadi Desa Agrowisata.
Kepala Desa Jambu, Agus Joko Susilo, menerangkan sebelumnya desa ini sudah berhasil mengembangkan penanaman pohon Kelengkeng di lahan tidur warga. Ini berangkat dari semangat upaya optimalisasi lahan tidur dengan membudidayakan tanaman bernilai ekonomis tinggi.
“Sejak dua tahun lalu sebanyak 480 bibit sudah berhasil dibudidayakan. Kini sudah seratusan pohon Kelengkeng yang telah berbuah. Warga senang sekali karena sudah merasakan panen dan keuntungan penjualan yang relatif tinggi.” Jelasnya.
Dipaparkan oleh Agus, sebagai contoh pohon Kelengkeng usia lima tahun mampu menghasilkan buah 1,1 kwintal per tahun. Harga per kilogram kini di kisaran Rp. 20.000,-. Sehingga per pohon dapat dimanen duit 2,2 juta rupiah. Hitung-hitungannya, dari jumlah 480 pohon kelengkeng yang ada sekarang terdapat potensi 1 Miliar rupiah lebih dari buah kelengkeng saja per tahun.
Berangkat dari inilah, warga kini mendukung penuh setiap langkah perangkat desa dalam melakukan program pemberdayaan desa. Terlebih ketika Agus selaku kepala desa memaparkan visinya mengenai Desa Jambu menjadi Desa agrowisata, warga pun sepakat mendukung.
Seperti dalam pengematan Tim Kominfo hari ini, warga dimotori oleh Perangkat Desa dan Camat Kayen Kidul, Drs. Saiful Huda, MM, dengan antusias bersama-sama menanam 1700 bibit Alpukat Mentega, 100 bibit Nangkadak , 100 bibit Nangka Bundar, 200 bibit Jambu Kristal Tanpa Biji, dan 100 bibit Jambu Deliserdang.
“Untuk memaksimalkan hasil, agar program dapat berhasil sesuai harapan, saya setiap malam selalu mengadakan pertemuan dengan warga untuk mempersiapkan proses penanaman. Termasuk membagi sedikit ilmu pertanian saya mengenai bagaimana cara menanam dan merawatnya. Terutama menyemangati warga agar ikut aktif dengan memberikan gambaran manfaat dari keberhasilan program ini kedepannya.” Terang Agus.
Agus berterima kasih kepada segala pihak yang telah membantu upayanya melakukan pemberdayaan desa. Dirinya berharap, Desa Jambu menjadi manfaat lahir batin bagi warganya dan menginspirasi desa lainnya.
“Harapan saya tiga tahun lagi desa ini sudah tertata dan siap menjadi desa wisata. Nantinya pengunjung dapat menikmati sajian wisata petik buah langsung dari kebun. Bisa juga membeli bibit buah, pupuk atau kelengkapan seperti pot dan lain-lainnya di sini.” Jelas pria 44 tahun ini.
“Belum lagi pemasukan dari penjualan buah itu sendiri dan beragam produk olahannya seperti selai, sirup, jus, dan keripik buah. Ini tentunya akan memompa perekonomian desa dan meningkatkan kesejahteraan mereka.” Terang Pak Lurah yang juga pakar tanaman holtikultura ini.(Kominfo)